Makalah Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada perkembangan ilmu dan teknologi
yang semakin pesat dan arus globalisasi juga semakin hebat maka muncullah
persaingan dibidang pendidikan. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui
peningkatan mutu pendidikan (Darsono, 2000:1).
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
tersebut, Pemerintah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu
pendidikan meningkat, diantaranya perbaikan kurikulum, SDM, sarana dan
prasarana. Perbaikan-perbaikan tersebut tidak ada artinya tanpa dukungan dari
guru, orang tua murid dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Apabila membahas tentang mutu pendidikan
maka tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar di
sekolah merupakan kegiatan yang paling fundamental. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan antara lain bergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Menurut penelitian Wasty (2003)
pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting,
karena dengan mengetahui hasilhasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih
berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dengan demikian peningkatan
hasil belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi
untuk meningkatkan hasil belajar yang telah diraih sebelumnya.
Hasil belajar dapat dilihat dari
terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk
berhasil (Keller dalam H Nashar, 2004:77). Masukan itu berupa rancangan dan
pengelolaan motivasional yang tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya
usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu
terjadi pada seseorang dalam disposisi atau kecakapan manusia yang
berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui
usaha yang sungguhsungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu
yang relatif lama. Hasil belajar yang diharapkan biasanya berupa prestasi
belajar yang baik atau optimal. Namun dalam pencapaian hasil belajar yang baik
masih saja mengalami kesulitan dan prestasi yang didapat belum dapat dicapai
secara optimal.
Dalam peningkatan hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yakni motivasi untuk belajar.
Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran berbagai upaya dilakukan yaitu
dengan peningkatan motivasi belajar. Dalam hal belajar siswa akan berhasil
kalau dalam dirinya sendiri ada kemauan untuk belajar dan keinginan atau
dorongan untuk belajar, karena dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa
akan tergerak, terarahkan sikap dan perilaku siswa dalam belajar.
Dalam motivasi belajar terkandung adanya
cita-cita atau aspirasi siswa, ini diharapkan siswa mendapat motivasi belajar
sehingga mengerti dengan apa yang menjadi tujuan dalam belajar. Disamping itu,
keadaan siswa yang baik dalam belajar akan menyebabkan siswa tersebut
bersemangat dalam belajar dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik, kebalikan
dengan siswa yang sedang sakit, ia tidak mempunyai gairah dalam belajar
(Mudjiono, 2002:98).
Motivasi bukan saja penting karena
menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil
belajar (Catharina Tri Ani, 2006:157). Secara historik, guru selalu
mengetahui kapan siswa perlu diberi motivasi selama proses belajar, sehingga
aktivitas belajar berlangsung lebih menyenangkan, arus komunikasi lebih lancar,
menurunkan kecemasan siswa, meningkatkan kreaktivitas dan aktivitas belajar.
Pembelajaran yang diikuti oleh siswa
yang termotivasi akan benarbenar menyenangkan, terutama bagi guru. Siswa yang
menyelesaikan tugas belajar dengan perasaan termotivasi terhadap materi yang
telah dipelajari, mereka akan lebih mungkin menggunakan materi yang telah
dipelajari.
Guru hendaknya membangkitkan motivasi
belajar siswa karena tanpa motivasi belajar, hasil belajar yang dicapai akan
minimum sekali (Rochman Natawidjaja dan L.J.Moleong, 1979:11). Agar hasil yang
diajarkannya tercapai secara optimal maka seorang guru harus mengganggap bahwa
siswasiswa yang dihadapinya tidak akan mudah menerima pelajaran yang
diberikannya itu.
Menurut Biggs & Tefler dalam Dimyati
dan Mudjiono (1994) motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah, lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu
hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri
siswa perlu diperkuat terus menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi
belajar yang kuat, sehingga hasil belajar yang diraihnyapun dapat optimal.
Motivasi belajar yang dimiliki
siswa-siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar,
2004:11). Siswa-siswa tersebut akan dapat memahami apa yang dipelajari dan
dikuasai serta tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Siswa menghargai apa
yang telah dipelajari hingga merasakan kegunaannya didalam kehidupan
sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.
Siswa yang bermotivasi tinggi dalam
belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya
semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan,
maka semakin tinggi hasil belajar yang diperolehnya. Siswa melakukan berbagai
upaya atau usaha untuk meningkatkan keberhasilan dalam belajar sehingga
mencapai keberhasilan yang cukup memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Di
samping itu motivasi juga menopang upaya-upaya dan menjaga agar proses belajar
siswa tetap jalan. Hal ini menjadikan siswa gigih dalam belajar.
Atkinson dan Feather dalam Wasty
Soemanto (1989:189) menyatakan jika motivasi siswa untuk berhasil lebih kuat
daripada motivasi untuk tidak gagal, maka ia akan segera memerinci
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Sebaliknya ia akan mencari soal yang
lebih mudah atau bahkan yang lebih sukar. Dari pernyataan tersebut Weiner dalam
Wasty Soemanto (1989:190) menambahkan bahwa siswa yang memiliki motivasi untuk
berhasil akan bekerja lebih keras daripada orang yang memiliki motivasi untuk
tidak gagal. Dengan demikian siswa yang memiliki motivasi untuk berhasil harus
diberi pekerjaan yang menantang dan sebaliknya jika siswa yang memiliki
motivasi untuk tidak gagal sebaiknya diberi pekerjaan yang kira-kira dapat
dikerjakan dengan hasil yang baik.
Apabila motif atau motivasi belajar
timbul setiap kali belajar, besar kemungkinan hasil belajarnya meningkat
(Nashar, 2004: 5). Banyak bakat siswa tidak berkembang karena tidak memiliki
motif yang sesuai dengan bakatnya itu. Apabila siswa itu memperoleh motif
sesuai dengan bakat yang dimilikinya itu, maka lepaslah tenaga yang luar biasa
sehingga tercapai hasil-hasil belajar yeng semula tidak terduga.
1.2 Permasalahan
1.2.1
Adakah pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa ?
1.2.2
Seberapa besar pengaruh
motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.
1.3.2
Untuk mengetahui besar
pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat teoritis
a.
Dapat menambah ilmu pengetahuan secara praktis
sebagai hasil dari pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin
ilmu yang diperoleh selama studi di Perguruan Tinggi khususnya bidang Ilmu
Kependidikan.
b.
Dengan penelitian ini
diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan secara umum dan khususnya ilmu
kependidikan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a.
Penelitian ini dapat berguna
sebagai masukan bagi guru SMPN 13 Semarang untuk meningkatkan hasil belajar
siswanya.
b.
Memberikan sumbangan
pemikiran dan perbaikan dalam penanganan masalah motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa di masa yang akan datang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan Tentang Belajar
2.1.1
Pengertian Belajar
Belajar
merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala
sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di
dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan
bahkan persepsi manusia. Belajar menurut
James O. Whittaker dalam Darsono (2000: 4) ” Learning may be
defined as the process by which behavior originates or is altered through
training or experience” belajar dapat didefinisikan sebagai proses
menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman.
Menurut
Wingkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Djamarah (2002:13)
mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik. 9 Slameto dalam Djamarah (2002:13) merumuskan juga tentang
pengertian belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan,
pengetahauan, sikap, keterampilan, dan daya pikir.
2.1.2
Unsur-unsur dalam belajar
Menurut
Gagne dalam Catharina Tri Ani (2006:4) unsur-unsur yang saling berkaitan
sehingga menghasilkan perubahan perilaku yakni:
a. Pembelajar
Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar,
dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengindraan yang digunakan
untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk menstransformasikan hasil
penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang
digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
b. Rangsangan / Stimulus
Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi
stimulus. Contoh dari stimulus tersebut adalah suara, sinar, warna, panas, dingin,
tanaman, gedung, dan orang. Agar pembelajar mampu 10 belajar optimal maka harus
memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
c. Memori
Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar
sebelumnya.
d. Respon
Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada didalam dirinya
kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Wasty Soemanto (2003:113) dalam
belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar namun dari sekian
banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar, hanya dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu:
a. Faktor-faktor stimuli belajar
Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang
individu itu untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar, misalnya
panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan
pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh si pelajar maka metode yang dipakai oleh guru
menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang
kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau menginggat, pengenalan tentang
hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.
c. Faktor-faktor individual
Faktor-faktor individual juga sangat besar penggaruhnya terhadap
belajar seseorang, misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan jenis
kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi, kondisi kesehatan.
2.1.4
Prinsip- prinsip belajar
Thomas Rohwer dan Slavin dalam Catharina Tri Ani (2006:65)
menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif sebagai berikut:
a. Spesifikasi (specification)
Dalam strategi belajar hendaknya sesuai dengan tujuan belajar dan
karakteristik siswa yang menggunakannya. Misalnya belajar sambil menulis
ringkasan akan lebih efektif bagi seseorang, namun tidak efektif bagi orang
lain.
b.
Pembuatan (Generativity)
Dalam strategi belajar yang efektif, memungkinkan seseorang
mengerjakan kembali materi yang telah dipelajari dan membuat sesuatu menjadi baru, misalnya membuat
diagram yang menghubungkan antar gagasan, menyusun tulisan kedalam bentuk garis
besar.
c.
Pemantauan yang efektif (effective
monitoring)
Pemantauan yang efektif yaitu berarti bahwa siswa mengetahui kapan
dan bagaimana cara menerapkan strategi belajarnya dan bagaimana cara
menyatakannya bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat.
d.
Kemujarapan personal (Personal
Efficacy)
Siswa
harus memiliki kejelasan bahwa belajar akan berhasil apabila dilakukan dengan
sungguh-sungguh. Dalam hal ini guru dapat membantu siswa dengan cara
menyalenggarakan ujian berdasarkan pada materi yang telah dipelajari.
2.2 Tinjauan Tentang Motivasi
2.2.1
Pengertian motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai
daya upaya seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2012: 73). Menurut Uno
(2006: 3) istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu berbuat
atau bertindak. Djali (2006: 101) mengungkapkan bahwa motivasi adalah keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Menurut Mc. Dobald (Sadirman, 2012: 73)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan taggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang berbentuk aktivitas nyata berupa kegiaan fisik. Menurut Kusaeni
(2012: 80) motivasi adalah proses dimana aktivitas-aktivitas yang berorientasi
terjadi dan dipertahankan kelangsungannya. Menurut Purwanto (1998: 60) yang
dimaksud dengan motivasi adalah segala seduatu yang mendorong seorang untuk
bertindak melakukan sesuatu.
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
2.2.2 Pengertian motivasi belajar
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri
seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan (Frederick J. Mc Donald dalam H. Nashar, 2004:39).
Sardiman (2012: 75) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan
faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam
hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Tetapi menurut
Clayton Alderfer dalam H. Nashar (2004:42) Motivasi belajar adalah kecenderungan
siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai
prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar juga merupakan
kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu
berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif (Abraham Maslow dalam H.
Nashar, 2004:42). Kemudian menurut Clayton Alderfer dalam H. Nashar, 2004:42)
motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan
seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.
Uno (2006: 23) mengungkapkan bahwa motivasi belajar dapat timbul
karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dengan kebutuhan
belajar, harapan dan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adanya penghargaan,
lingkungan belajar, yang kondusif, dan kegiatan yang menarik.
Djamarah (2002: 118) menyatakan bahwa prinsip-prinsip motivasi
belajar: 1) Motivasi sebagai dasar penggerak mendorong aktivitas belajar, 2)
Motivasi intrinsik lebihbutama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar, 3)
Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman, 40 Motivasi berhubungan
erat dengan kebutuhan dalam belajar, 5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam
belajar, 6) motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada
gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi
dan dapat menyeleksi kegiatan-kagiatannya.
2.2.3
Unsur-unsur motivasi belajar
Menurut Dimyati dan
Mudjiono (1994:89-92) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan
sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat
semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ektrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita
akan mewujudkan aktualisasi diri.
a. Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini
meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya
pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan
belajar ini, sehingga perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang
taraf perkembangan berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang
berfikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan
kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi,
biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering
memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.
b. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi
kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan
kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat
kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi
psikologis. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk mungkin juga karena
malam harinya bergadang atau juga sakit.
c. Kondisi Lingkungan Kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar
diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada
tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi unsur-unsur yang
mendukung atau menghambat kondisi lingkungan berasal dari ketiga lingkungan
tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara guru harus berusaha
mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan
diri secara menarik dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam belajar.
d. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan
hilang sama sekali.
e. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya
yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa.
2.2.4
Fungsi Motivasi belajar
Fungsi Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2000: 83) fungsi
motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut:
a.
Mendorong manusia untuk
berbuat Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal
ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.
Menentukan arah perbuatan, yakni
ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c.
Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Hamalik (2003:161) juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu;
a.
Mendorong timbulnya kelakuan
atau sesuatu perbuatan
Tanpa motivasi maka
tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b.
Motivasi berfungsi sebagai
pengarah
Artinya menggerakkan
perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan.
c.
Motivasi berfungsi penggerak
Motivasi ini berfungsi
sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan atau perbuatan. Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai
daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan
tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Djamarah (2002: 123) menyatakan fungsi motivasi dalam belajar
antara lain: 1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan, 2) Motivasi sebagai
penggerak perbuatan, 3) motivasi sebagai pengarah perbuatan. Karwati dan Ptansa
(2014: 169) fungsi motivasi dalam belajar antara lain; 1) Mendorong betbuat, 2)
menentukan arah perbuatan, 3) menyeleksi Perbuatan, 4) Pendorong usaha dan
pencapaian prestasi.
2.2.5
Jenis Motivasi
Sadirmn (2012: 86) menjelaskan tentang macam atau jenis motivasi
yang dapat dilihat dari betbagai sudut pandang.
1)
Motivasi dilihat dari dasar
pembentukannya
a.
Motif-motif bawahan
Yang dimaksud dengan
motif bawahan adalah motof yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa
dipelajari. Motif-motif ini seringkali disebut motif yang disiyaratkan secara
biologis.
b.
Motif-motif yang dipelajari
Maksud motif-motif yang
timbul karena dipelajari seringkali disebut dengan motif-motif yang
diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan
sesama manusia yang lain, sehingga motivasi ini terbentuk.
2)
Motivasi menurut pembagian
dari Woodworth dan Marquis
a.
Motif atau kebutuhan
organis, meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan
kebutuhan untuk beristirahat.
b.
Motif-motif darurat, yang
termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri,
dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelas motivasi ini
timbul karena rangsangan dari luar.
c.
Motif-motif objektif. Dalam
hal menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi,
untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat
menghadapi dunia luas secara efektif.
3)
Motivasi jasmani dan
rohaniah
a.
Momen timbulnya alasan.
Sebagai contoh seorang
pemuda yang sedang niat berlatih berolhraga untuk menghadapi porseni di
sekolahnya, tiba-tiba di rumah ibunya untuk mengantarkan seorang tamu membeli
tiket karena tamu itu kembali ke Jakarta. Kemudian pemuda itu mengantarkan tamu
tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi timbul alasan baru untuk melakukan
sesuatu kegiatan (kegiatan mengantar). Alasan baru itu bisa karena untuk
menghormati tamu atau untuk keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya.
b.
Momen pilihan
Momen pilihan,
maksudnya dalam keadaan pada waktu alternatif-alternatif yang mengakibatkan
persaingan antara alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang
menentukan alternatif yang akan dikerjakan.
c.
Momen putusan
Dalam persaingan antara
berbagai alasan , sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihnya satu
alternatif.
d.
Momen terbentuknta kemauan.
Jika seseorang sudah
menetapkan satu putusan untuk dikerjakan, timbullah dorongan pada diri seorang
untuk bertindak, melaksanakan putusan itu.
4)
Motivasi intrinsik dan
ekstrinsik
a.
Motivasi intrinsik
Yang
dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri tiap iniviu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
suatu dorongan belajarnya. Seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan
memiliki tujuan menjadi orang yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan,
kebutuhan yang berisikan kehausan untuk menjadi orang yang ada dalam dirinya
dan terfokus di dalam kegiatan atau objek yang ditekuninya.
Menurut
rahmawati (2008: 10-12) motivasi intrinsik merupakan bentuk motivasi yang
berasal dari dalam diri subjek yang belajar. Motivasi intrinsik meliputi
keinginan-keinginan kuat untuk maju dan mencapai taraf keberhasilan yang
tinggi, berorientasi pada masa depan, ikhlas dan ulet dalam belajar. Bila siswa
memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka siswa akan sadar akan melakukan
suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam
aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan. Siswa yang memiliki
motivasi intrinsik sulit sekali untuk melakukan aktivitas belajar terus
menerus.seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam
belajar.
Dalam
perspektif kognitif, motivasi yang lebih baik bagi siswa adalah motivasi
inrinsik karena lebih murni dan tidak tergantung pada dorongan orang lain. Yang
dimaksud motivasi intrinsik antara lain: 1) siswa belajar karena ingin
mengetahui seluk-beluk suatu masalah atau ingin menjadi orang yag terdidik, 2)
siswa ulet menghadapi kesuliatan, 3) giat belajar dan disertai minat yang kuat
untuk memecahkan berbagai macam masalah, 4) senang bekerja mandiri dalam
menyelesaikan pekerjaan, dan 5) siswa yang cepat bosan pada hal yang rutin
(Rahmawati 2008: 11)
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik
tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah
dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang
kurang menarik bagis siwa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Djamarah
(2002: 115) menjelaskan motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan seusatu. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif aktif dan berfungsi karean adanya perangsang dari
luar. Latifah(2012: 175) menyatakan bahwa motivasi yang bersumber stimulasi
berasal dari dalam diri individu melakukan seuatu karena adanya alasan—alasan
eksternal disebut motivasi ekstrinsik.
Latifah
(2012: 178) menyatakan bahwa faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi motibasi
belajar antara lain: 1) Minat, 2) Tujuan, 3) Atribusi , 4) Ekspetasi dan
Atribusi guru. Sardiman (2012: 91) menyatakan bahwa bentuk-bentuk motivasi di
sekolah antara lain: 1) memberikan angka, 2) hadiah, 3) saingan/kompetisi, 4)
Ego-involment, 5) memberi ulangan, 6) mengetahui hasil, 7) pujian, 8) hukuman,
9) hasrat untuk belajar, 10) minat, 11) tujuan yang diakui.
Sardiman
(2012; 83) motivasi intrinsik yang ada pada diri seorang siswa itu memiliki
ciri-ciri antara lain:
1.
Tekun menghadapi tugas
(dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti
sebelum selesai)
2.
Ulet menghadapi kesulitan
(tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3.
Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah
4.
Lebih senang bekerja
mandiri, maksudnya dalam mengerjakan suatu pekerjaan lebih suka kerja sendiri
dan dalam mengerjakan tugas tidak suka mencontoh punya orang lain.
5.
Cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin.
6.
Dapat mempertahankan
pendapatnya
7.
Tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini itu.
8.
Senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal yang baru.
Apabila sesorang memiliki ciri-ciri
seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat.
Ciri-ciri motivasi seperti itu sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara
mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada suatu
rutinitas dengan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau
ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus
juga peka dan responsifterhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan
pemecahannya. Hal ini harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan
siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka
motivasi belajar adalah dorongan yang ada di dalam maupun di luar diri
seseorang untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Motivasi belajar sangat berperan penting untuk keberhasilan
seseorang dalam belajar. Tanpa motivasi, siswa tidak akan tertarik dan serius
dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi siswa akan
tertarik dan terlihat aktif dengan proses pembelajaran.
Dalam belajar motivasi intrinsik siswa
termasuk faktor utama untuk menentukan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar
bersumber dari Sardiman diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi
tugas, 2) Ulet menghadapi kesulitan, 3) Lebih senang bekerja mandiri, 4) cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin, 5) Dapat mempertahankan pendapatnya, dan 6)
senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
2.2.6
Strategi motivasi belajar
Menurut Catharina Tri Anni (2006:186-187) ada beberapa strategi
motivasi belajar antara lain sebagai berikut:
1) Membangkitkan minat belajar
Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting
dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengatahuan yang dipelajari itu sangat
bermanfaat bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan
pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari dan
cara-cara mempelajarinya.
2) Mendorong rasa ingin tahu
Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan
dan memelilhara rasa ingin tahu siswa didalam kegiatan pemmbelajaran. Metode
pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan
sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk membangkitkan
hasrat ingin tahu siswa.
3) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
4) Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui
penggunaan materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode
penyajian.
5) Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar
6) Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras
untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh
dirinya sendiri dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.
2.3
Tinjauan
Tentang Hasil Belajar
2.3.1
Pengertian hasil belajar
Hasil Belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi
setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga
belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto, 2014: 54). Menurut
Damyati dan Mudjiono (2006: 20) hasil belajar adalah suatu puncak belajar yang
berupa dampak pengajaran yang bermanfaat bagi guru dan siswa. Siswa yang
belajar berarti memperbaiki kemampuan kognitif, afektif, dan pskiomotorik. Dengan
meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut, maka keinginan dan perhatian pada
lingkungan sekitar akan bertambah.
2.3.2
Klasifikasi hasil belajar
Bloom dlam (Sardiaman, 2010: 23) menjelaskan bahwa
perubahan hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan
pskimotorik. Masing-masing ranah tersebut dirinsi lagi menjadi beberapa
jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan sebagai
berikut:
1.
Aspek kognitif
a. Remembering
(mengingat) yaitu dapat mengenal, mengingat, dan memproduksi bahan pengetahuan
atau pelajaran yang pernah diberikan.
b. Understanding
(memahami) yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan, tanpa perlu
menghubungkannya dengan materi lain.
c. Applying
(mengaplikasikan) yaitu menggunakan hal-hal yang abstrak dalam situasi yang
khusus dan konkret.
d. Analizying
(menguraikan, menentukan hubungan) yaitu menguraikan suatu materi atau bahan
yang diberikan menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau
hubungan antar bagian yang diungkapkan menjadi jelas.
e. Evaluating
(menilai) yaitu memberi pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan
metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan tolak ukur
penilaian. Pakaian ini dapat diberikan oleh guru.
f. Creating
(menciptakan)
2.
Aspek Afektif
a. Receiving phenomena
(sikap menerima) adalah kepekaan (keinginan menerima atau memperhatikan)
terhadap fenomena stimulus atau menunjukkan perhatian yang terkontrol dan
terseleksi.
b. Responding to phenomena
(memberikan respon) adalah menunjukkan perhatian aktif tentang suatu fenomena
tertentu.
c. Valuing
(nilai) adalah menunjukkan konsistensi prilaku yang mengandung nilai,
termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti.
d. Organize or conceptualize values
(organisasi) adalah mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu
sistem, menentukan hubungan antar nilai, memantapkan suatu nilai yang dominan
dan dapat diterima.
e. Internalizing values
(menginternalkan nilai sikap) adalah suatu nilai atau sistem nilai telah
menjadi karakter. Nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam hirarki
nilai individu, diorganisasikan secara konsisten dan telah mampu mengontrol
tingkah laku individu.
3.
Aspek Psikomotorik
a. Perception
(Persepsi) yaitu kemampuan untuk menggunakan isyarat sensoris untuk memandu
aktivitas fisik.
b. Guided responses
(Memandu Respon) yaitu tahap awal pembelajaran yang kompleks, memasukkan
imitasi, bias menyelesaikan langkah-langkah yang terlibat dalam keterampilan
sebagaimana diarahkan.
c. Set
(Perangkat) yaitu kesiapan untuk bertindak, mengharuskan pembejar
mendemonstrasikan sebuah kesadaran atau pengetahuan tentang perilaku yang
dibutuhkan untuk menggunakan keterampilan.
d. Mechnism
(Mekanisme) yaitu kemampuan untuk melakukan suatu keterampilan motoris yang
kompleks, tahapan pembelajaran lanjutan sebuah keterampilan.
e. Origination as initially of skill
yaitu kemampuan untuk mengembangkan keterampilan asli yang dimiliki sebagai
pengetahuan awal.
f. Adaptation
(penyesuaian) yaitu bisa memodifikasi keterampilan motoris agar sesuai dengan
sebuah situasi baru.
g. Complex Overt response
(Respon kompleks yang jelas) yaitu kemampuan untuk menggunakan keterampilan
psikomotorik yang komplit secara benar.
2.3.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Djamarah (2002:
142) faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar sebagai berikut: 1) faktor
lingkungan meliputi lingkungan alami, dan lingkungan sosial budaya. 2) faktor
instrumental meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru. 3) kondisi
fisiologis, 4) kondisi pskiologis meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi
dan kemampuan kognitif.
1)
Faktor lingkungan
Lingkungan
merupakan bagian dari kehidupan siswa. Di dalam lingkungan siswa hidup dan
berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup
siswa tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial
budaya. Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar
siswa di sekolah (Djamarah: 2002: 142)
a. Lingkungan
alami
Lingkungan hidup adalah tempat
tinggal siswa, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup
merupakan malapetaka bagi siswa yang hidup di dalamnya. Kesujkan udara dan
ketenangan suasana kelas diakui sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif
yang terlaksanya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Lingkungan
sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang didalamnya dihiasi dengan
tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik 9Djamarah, 2002: 143)
b. Lingkungan
sosial budaya
Hidup dalam kebersamaan dan saling
membutuhkan akan melahirkan interaksi sosial. Saling memberi dan menerima
merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan sosial. Berbicara, bersenda
gurau, memberikan nasihat, dan gotong royong merupakan interaksi sosial dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat, siswa tidak bisa
melepaskan diri dari iktan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat
perilaku siswa untuk tunduk norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku
dalam masyarakat. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi
kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan siswa di sekolah
(Djamarah, 2002: 145)
2)
Faktor instrumental
Setiap
sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat
kelembagaan. Dalam rangka melancarkan ke arah itu diperlukan seperangkat
kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayagunakan
menurut fungsi masing-masing. Kelengkapan sekolah dan kurikulum dapat dipakai
oleh guru merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan
acuan untuk meningkatkan kualiatas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang
tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna bagi kemajuan belajar
siswa di sekolah.
a. Kurikulum
merupakan unsur substansial dalam pendidikan, sebab guru tidak dapat
menyampaikan materi tanpa kurikulum. Muatan kurikulum akan mempengaruhi
intensitas dan frekuensi belajar anak didik.
b. Program
merupakan kelengkapan pendidikan setiap sekolah. Program pendidikan disusun
untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidkan di sekolah
tergantung dari baik tidaknya program pendidkan yang dirancang.
c. Sarana
dan fasilitas merupakan salah satu persyaratan yang mendukung kegiatan belajar
mengajar di sekolah, sarana meliputi gedung sekolah beserta perlengkapan di
dalamnya. Sedangkan fasilitas merupakan kelengkapan mengajar yang digunakan
oleh guru untuk memberikan pengajaran kepada siswa.
d. Guru
merupakan unsur mnusiawi dalam pendidkan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di
dalam proses belajar mengajar.
3)
Kondisi Fisiologis
Kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang
yang dalam keadaan kelelahan. Aspek fisiologis sangat mempengaruhi pengelolaan
kelas. Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya
postur tubuh anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar
pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang
bertubuh tinggi (Djamarah, 2002: 156)
4)
Kondisi Psikologis
Belajar
pada hakikatnya adalh proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan
fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor psikologis
sebagai dari dalam tentu saja merupakan hal utama dalam menentukan intensitas
belajar seseoang anak. Oleh karena itu minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan
kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses dan hasil belajar anak didik (djamarah, 2002: 157) Kelima faktor akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Minat
pada dasarnya adalah permainan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin
besar minat. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan model yang besar
artinya untuk mencapai/memperoleh tujuan yang diminati.
b. Kecerdasan
mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang
mempelari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidkan dan pengajaran. Dan
orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang
yang kurang cerdas.
c. Bakat
merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan atau lathan. Bakat bawaan ada kemungkinan terkait
dengan garis keturuanan dari ayah atau ibu. Besarnya niat seorang anak untuk
mengikuti jejak langkah orang tuanya, akhirnya menumbuhkan bakat terpendamnya
menjadi kenyataan. Banyak sebenarnya bakat bawaan (terpendam) yang dapat
ditimbulkan asalkan diberikan kesempatan dengan sebaik-baiknya.
d. Motivasi
utuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
Penemuan-penemuan menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya mengikat jika
motivasi untuk belajar bertambah.
e. Kemampuan
kognitif dalam dunia pendidikan memiliki tipe tujuan yang sangat dikenal dan
diakui para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk
dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi
penguasaan ilmu pengetahuan. Ada tiga kemampuanyang harus dikuasai sebagai
jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kogitif, yaitu persepsi,
mengingat dan berfikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Sedangkan menurut Hakim (2011:11) faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu: 1) Faktor internal meliputi bilologis
(jasmaniah), dan psikologis (rohania), 2) faktor eksernal meliputi lingkungan
keluaga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dari uraian di
atas, maka hasil belajar merupakan kemapuan-kemampuan yang dimliki siswa
setelah menerima pengalama belajar yang ditandai dengan dengan perubahan
perilaku, perubahan-perubahan ini dalam domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil belajar dalam penelitian ini hanya dibatasi pada ranah
kognitif.
2.3.4
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan diskripsi tentang perubahan perilaku
yang diinginkan atau diskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau
deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi.
Gagne dan Briggs dalam Nashar mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi 5 yaitu:
a. Keterampilan intelektual (Intellectual
Skills)
Keterampilan intelek merupakan kemampuan yang membuat individu
kompeten. Kemampuan ini bertentangan mulai dari kemahiran bahasa sederhana
seperti menyusun kalimat sampai pada kemahiran teknis maju, seperti teknologi
rekayasa dan kegiatan ilmiah. Keterampilan teknis itu misalnya menemukan
kekuatan jembatan atau memprediksi inflasi mata uang.
b. Strategi Kognitif (Cognitive
Strateggies)
Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku
belajar, mengingat dan berfikir seseorang. Misalnya, kemampuan mengendalikan
perilaku ketika membaca yang dimaksudkan untuk belajar dan metode internal yang
digunakan untuk memperoleh inti masalah. Kemampuan yang berada di dalam
strategi kognitif ini digunakan oleh pembelajar dalam memecahkan masalah secara
kreatif
c. Informasi verbal (Verbal
Information)
Informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh pembelajar
dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal. Pembelajar umumnya telah
memiliki memori yang umumnya digunakan dalam bentuk informasi, seperti nama
bulan, hari, minggu, bilangan, huruf, 25 kota, negara, dan sebagainya.
Informasi verbal yang dipelajari di situasi pembelajaran diharapkan dapat
diingat kembali setelah pembelajar menyelesaikan kegiatan pembelajar.
d. Keterampilan motorik (Motor
Skills)
Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
kelenturan syaraf atau otot. Pembelajar naik sepeda, menyetir mobil, menulis
halus merupakan beberapa contoh yang menunjukkan keterampilan motorik. Dalam
kenyataannya, pendidikan di sekolah lebih banyak menekankan pada fungsi
intelektual dan acapkali mengabaikan keterampilan motorik, kecuali untuk
sekolah teknik.
e. Sikap (Attitudes)
Sikap
merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih sesuatu. Setiap pembelajar
memiliki sikap terhadap berbagai benda, orang dan situasi. Efek sikap ini dapat
diamati dari reaksi pembelajar (positif atau negative) terhadap benda, orang,
ataupun situasi yang sedang dihadapi.
2.3.5
Pengukuran dan evaluasi hasil belajar
Pengukuran
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah
dilakukan pengukuran, artinya keputusan (judgement) yang harus ada dalam setiap
evaluasi berdasar data yang diperoleh dari pengukuran.
Untuk
mengetahui seberapa jauh pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa,
dilakukan pengukuran tingkat pencapaian siswa. Dari hasil pengukuran ini guru
memberikan evaluasi atas keberhasilan pengajaran dan selanjutnya melakukan
langkahlangkah guna perbaikan proses belajar mengajar berikutnya.
Secara
rinci, fungsi evaluasi dalam pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat
yaitu:
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan
siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
3. Untuk keperluan bimbingan konseling.
4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan. Salah satu tahap kegiatan evaluasi, baik yang berfungsi formatif
maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran.
Menurut Darsono (2000, 110-111) pengumpulan
informasi hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
a. Teknik Tes
Teknik tes biasanya dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka
mengakhiri tahun ajaran atau semester. Pada akhir tahun sekolah mengadakan tes
akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu, tes objektif, tes jawaban singkat, dan tes uraian
b. Teknik Non Tes
Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil belajar
dapat juga dilakukan melalui observasi, wawancara dan angket. Teknik non tes
lebih banyak digunakan untuk mengungkap kemampuan psikomotorik dan hasil
belajar efektif.
2.4
Tinjauan Tentang Penelitian Dalam Skripsi
Berdasarkan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII SMPN 13 Semarang”, dilakukan sebuah penelitian agar memperoleh
jawaban yang akurat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah ada
tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dan seberapa
besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Dan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang dan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang.
2.4.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian (Arikunto, 1998:115). Di samping itu dapat juga diartikan populasi
adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya dapat diduga.
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VII yang ada pada
Sekolah Menengah Pertama Nageri 13 Semarang. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 308 siswa.
Sampel adalah sebagian wakil dari
populasi yang diteliti (Arikunto, 1998: 117). Sedangkan Sutrisno Hadi (1998:
221) berpendapat bahwa sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang
dari populasi. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel melalui rumus Solvin
sebanyak 75 siswa yang diambil secara proporsional random sampling.
2.4.2
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah atribut dari
seseorang atau objek yang mempunyai ”Variasi” antara satu orang dengan yang
lain atau satu objek dengan objek yang lain (Sugiyono, 2001:20). Dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan Variabel
terikat (Y).
a.
Variabel Bebas (X) adalah
variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala.
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar dengan indikator sebagai berikut:
1. Cita- cita/ aspirasi siswa
2. Kemampuan siswa
3. Kondisi jasmani dan rohani siswa
4. Kondisi lingkungan kelas
5. Unsur-unsur dinamis belajar
6. Upaya guru membelajarkan siswa
b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
suatu gejala. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dengan
indikator sebagai berikut:
1. Informasi verbal
2. Keterampilan intelek
3. Strategi kognitif
4. Keterampilan motorik
5. Sikap
Ada 2
(dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu motivasi belajar sebagai
variabel bebas dengan indikator cita-cita/ aspirasi, kemampuan siswa, kondisi
jasmani dan rohani siswa, kondisi lingkungan kelas, unsur dinamis belajar dan
upaya guru membelajarkan siswa. Kemudian hasil belajar sebagai variabel terikat
dengan indikator informasi verbal, keterampilan kognitif, keterampilan intelek,
keterampilan motorik dan sikap.
2.4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket, dokumentasi dan observasi.
1)
Metode angket (kuesioner)
Metode
angket (kuesioner) yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140). Dari pengertian diatas
dapat diketahui bahwa angket adalah suatu cara pengumpulan informasi dengan
menyampaikan suatu daftar pertanyaan tentang hal-hal yang diteliti. Data yang
dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif persentase dan analisis regresi
linier sederhana.
Setelah
angket dipersiapkan sebagai instrumen penelitian, selanjutnya dibagikan kepada
responden untuk diuji cobakan. Uji coba instrumen disebarkan pada 75 siswa
kelasVII SMP Negeri 13 Semarang. Dari hasil perhitungan validitas diperoleh
sebanyak 30 item yang terdiri dari 20 item variabel motivasi dan 10 item dari
variabel hasil belajar, keseluruhan instrumen tersebut dikatakan 40 valid pada
uji coba instrumen. Kemudian peneliti menyebarkan angket tersebut kepada sampel
penelitian (responden) sebanyak 75 siswa. Dari perhitungan validitas data uji
coba angket yang disebarkan pada 20 responden dengan menggunakan perhitungan
program SPSS versi 10 diperoleh nilai r1 untuk item/soal nomer satu
sebesar 0,86 dengan signifikansi 0,012 < 0,05, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa butir item/soal nomer 1 tersebut dikatakan valid.(Lihat
lampiran 3) Dari perhitungan tersebut diperoleh r11 sebesar 0,86 maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen yang berupa angket motivasi tersebut
dikatakan reliabel.
2)
Metode dokumentasi
Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan atau transkrip nilai. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data
tentang hasil belajar siswa. Untuk mengetahui jumlah siswa dan hasil belajar
siswa kelas VII SMP Negeri 13 Semarang yang dijadikan populasi dalam penelitian
ini yang kemudian diambil sampelnya maka dilakukan pengambilan daftar nilai
siswa secara dokumenter.
3)
Metode observasi
Metode observasi yaitu memperlihatkan
sesuatu dengan mempergunakan mata. Observasi atau yang disebut juga dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Jadi pengobservasian dapat dilakukan melalui
pengamatan, pendengaran, pencium, peraba, dan pengecap (Suharsimi Arikunto,
1998:146). Penggunaan metode observasi dimaksudkan untuk mengetahui motivasi
belajar yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
observasi pada saat melakukan PPL pada bulan Agustus sampai Oktober 2006 di
SMPN 13 Semarang. Observasi dilakukan dengan maksud, peneliti ingin mengetahui
permasalahan yang terjadi di SMPN 13 Semarang.
2.4.3
Hasil Penelitian dan Pembahasan
2.4.3.1 Hasil belajar
Pentingnya hasil belajar dapat dilihat dari dua sisi yakni bagi
guru maupun bagi siswa dalam pengelolaan pendidikan pada umumnya dan khususnya
mengenai tujuan dari pendidikan. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono
(1994:11) hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu
informasi verbal, keterampilan intelek, strategi kognitif, keterampilan motorik
dan sikap. Hasil belajar siswa SMPN 13 Semarang berupa nilai yang dituangkan
dalam lima kategori hasil belajar melalui angket.
Di dalam informasi verbal, siswa dituntut mampu mengemukakan
pendapatnya baik didepan guru maupun teman-teman yang lain. Mampu memberikan
pengetahuan, ide atau gagasannya kepada orang lain sehingga dapat bermanfaat
baik orang lain. Selain mengemukakan pendapat juga harus mampu menerima dan
mencerna semua informasiinformasi dari guru sehingga pengetahuan yang
dimilikinya dapat bertambah dan berkembang kearah positif.
Kebanyakan siswa kelas VII SMPN 13 Semarang pada dasarnya cara
mengungkapkan pendapat sudah cukup bagus namun masih perlu adanya bimbingan
dari guru-guru yang bersangkutan agar lebih sempurna, misalnya dengan guru
memberikan garis besar terhadap permasalahan yang dibahas sehingga konsentrasi
siswa terpusat pada pokok pembahasan. Disamping itu kebanyakan dari siswa kelas
VII SMPN 13 Semarang pada saat menjawab pertanyaan dari guru masih
terbata-bata. Hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan berfikir siswa
tentang materi yang dibahas masih kurang, sebab lain dikarenakan kebanyakan
dari siswa tersebut merasa takut dengan alasan bahwa jawaban yang disampaikan
tidak layak atau tidak bermutu sehingga akan menjadi bahan tertawaan
teman-teman mereka, padahal persepsi tersebut adalah salah besar.
Pada kelas VII SMPN 13 Semarang, seorang guru sangat menghargai
siswanya yang mau mengemukakan pendapatnya atau bersedia menjawab pertanyaan
yang telah diberikan walaupun pendapat atau jawaban itu salah. Dengan alasan
hal tersebut dilakukan oleh guru guna untuk melatih keberanian siswanya. Ada
kalanya seorang guru sambil menunggu siswanya dalam berfikir tentang jawaban
dari pertanyaannya, guru mata pelajaran memberikan gambaran-gambaran dahulu
tentang jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada siswa. Hal itu dilakukan
guru guna memperlancar cara berfikir siswanya agar masuk sasaran jawaban yang
dikehendaki.
Disamping informasi verbal, siswa juga dituntut untuk mampu
memunculkan ide-ide setiap menghadapi suatu masalah, dalam hal ini masuk dalam
kategori keterampilan intelek. Di dalam menghadapi suatu permasalahan tersebut,
siswa-siswa selain mampu memunculkan ide juga harus disertai dengan cara
berfikir yang jernih. Siswa-siswa kelas VII SMPN 13 Semarang sudah mampu
memunculkan ide-ide namun dalam cara berfikir jernih masih perlu adanya
perbaikan. Hal ini disebabkan karena usia siswa yang belum dewasa sehingga cara
berfikirnyapun belum masuk kepermasalahan yang dibahas secara sempurna dan
bahkan kadang-kadang belum bisa serius. Hal tersebut dapat dilihat pada saat
guru menerangkan dengan cara ceramah bervariasi, siswa-siswa kelas VII SMPN 13
Semarang sering melontarkan pendapatnya dengan spontan dan kadang-kadang
lontaran pendapat tersebut tidak masuk sasaran, bahkan menjadi bahan tertawaan
dari teman-teman mereka.
Sebagian besar dari kelas VII mulai dari kelas VIIA sampai VIIG
yang mau atau mampu mengeluarkan atau ide-idenya hanya siswa-siswa tertentu
saja. Jadi dalam hal ini keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat belum
secara menyeluruh. Keterampilan kognitif siswa yang berupa kemampuan memahami/
mendalami dan mengingat setiap materi pelajaran siswa kelas VII SMPN 13
Semarang sudah dapat dikatakan cukup bagus dengan dilihat dari nilai rapot,
namun masih ada sebagian siswa yang mendapatkan nilai dibawah angka 7.
Keterampilan kognitif disamping berasal dari diri siswa yang
selalu rajin dan tekun juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat IQ siswa.
Secara nyata, tingkat atau kemampuan mengingat siswa kelas VII SMPN 13 Semarang
cukup bagus dengan dilihat saat selesai guru menerangkan, seorang guru menyuruh
mengulangi salah satu hal materi yang telah dibahasnya kepada salah satu siswa
dan kebanyakan dari mereka mampu menjawabnya 75% benar.
Hal tersebut disebabkan siswa-siswa memperhatikan pelajaran yang
diberikan oleh guru dengan sungguh-sungguh dan juga didukung oleh tingkat IQnya
yang juga cukup bagus karena syarat masuk SMPN 13 Semarang harus melakukan tes,
artinya apabila hasil tes masuk tersebut tidak memenuhi standart maka calon
siswa tersebut tidak dapat masuk atau bersekolah di SMPN 13 Semarang.
Keterampilan kognitif siswa juga masih ada hubungannya dengan keterampilan
motorik. Dalam keterampilan motorik berkaitan dengan kecepatan cara berfikir
dalam menghadapi setiap pertanyaan yang 59 diberikan oleh guru.
Pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang tingkat keterampilan motorik
cukup bagus, dilihat dari tingkat kecepatan cara berfikir siswa pada saat
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Kecepatan cara berfikir siswa
pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini juga dipengaruhi oleh kelincahan
siswa pada saat berbicara atau bergaul dengan teman. Sedangkan tingkat kualitas
jawaban dari setiap pertanyaan tergantung dari kecepatan cara berfikirnya.
Kebanyakan siswa-siswa kelas VII SMPN 13 Semarang, apabila dapat
menjawab pertanyaaan dengan cepat pasti kualitas jawabannya kurang sempurna
bila dibandingkan dengan siswa yang cara berfikirnya agak lama. Hal tersebut
dikarenakan oleh adanya siswa yang berfikir lama benar-benar memikirkan dengan
matang-matang atau dengan jernih tentang permasalahan yang dibahas. Kemudian yang
terakhir adalah sikap. Sikap merupakan indikator yang tak kalah pentingnya
dalam penilaian hasil belajar. Sikap yang baik mencerminkan hasil belajar yang
baik pula, karena di dalam proses belajar mengajar yang berhasil akan
mempengaruhi perubahan sikap siswa. Seberapa besarnya hasil yang telah dicapai
siswa, sebasar itu pula perubahan sikap yang mampu dilakukannya.
Sikap yang telah dimiliki sebagian besar siswa kelas VII SMPN 13
Semarang sudah bagus dengan dilihat suatu keinginan untuk selalu memperbaiki kekurangankekurangan hasil belajar yang telah
diperolehnya pada waktu lalu. Selain itu siswa-siswa kelas VII SMPN 13 Semarang
mempunyai samangat tinggi dalam hal keinginan untuk selalu mengikuti ulangan
susulan atau perbaikan nilai, pada saat diadakannya les tambahanpun banyak
siswa yang mengikutinya.
Hal tersebut menandakan bahwa sikap siswa dalam hal belajar menuju
arah yang positif. Didalam kegiatan extrakurikulerpun yang diadakan di SMPN 13
Semarang juga kebanyakan dari siswanya berminat untuk mengikutinya. Namun hal
tersebut kurang didukung dengan adanya fasilitas-fasilitas sekolah yang memadai
misalnya peralatan pada laboratorium yang terbatas.
2.4.3.2 Motivasi belajar
Berdasarkan hasil diskriptif dari segi cita-cita/aspirasi tampak
bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang mempunyai harapan yang
tinggi untuk dapat mewujudkan cita-citanya yaitu dapat bersekolah di SMPN 13
Semarang dan mampu mencapai hasil belajar yang baik.
Cita-cita tersebut harus didukung dengan adanya kemampuan siswa.
Dalam hal ini bagi siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah maka kecil
kemungkinannya untuk dapat bersekolah atau dapat masuk di SMPN 13 Semarang
tersebut karena dalam memasuki sekolah tersebut salah satu syarat masuk sekolah
di SMPN 13 Semarang, seorang pendaftar harus melakukan ujian tes masuk terlebih
dulu. Bagi calon siswa yang mempunyai skor tes tinggi maka siswa tersebut akan
mudah dapat atau lolos masuk di SMPN 13 Semarang sesuai dengan cita-cita yang
diharapkannya.
Setelah siswa tersebut dapat diterima di sekolah yang sesuai
dengan yang diinginkannya maka sekolah berharap siswa-siswa tersebut dapat
belajar dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan belajar siswa ditunjukkan dalam
usaha siswa menjaga kondisi fisik yang mendukung dalam proses pembelajaran dengan
baik, usaha tersebut antara lain dengan cara selalu makan pagi sebelum
berangkat sekolah dan selalu berusaha mengikuti ketertinggalan pelajaran disaat
tidak masuk sekolah karena sakit dengan meminjam catatan teman.
Di samping itu dukungan kondisi lingkungan kelas yang nyaman yang
ditandai dengan kondisi kelas yang tertata rapi, bersih sehingga nyaman untuk
belajar. Semua warga sekolah diberi tanggung jawab untuk menjaga kondisi kelas
agar selalu nampak rapi dan bersih. Dalam kelas VII SMPN 13 Semarang ini juga
disediakan fasilitas-fasilitas belajar sehingga dapat membantu kelancaran
proses belajar mengajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang, namun fasilitas yang
ada hanya terbatas, misalnya peralatan laboratorium yang tidak semua siswa bisa
mengunakannya secara bersama-sama.
Dilihat dari kesungguhan sekolah dalam hal peningkatan motivasi
belajar dapat ditunjukkan dalam hal penyediaan sarana prasarana belajar dan
kesungguhan guru untuk membelajarkan siswa melalui pemberian tugas baik saat
pembelajaran berlangsung maupun saat akhir pelajaran.
2.4.3.3 Pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13
Semarang yang ditunjukkan dari uji simultan dengan uji (F) yang diperoleh
probabilitas 0,000< 0,05. Dengan adanya motivasi, maka siswa akan terdorong
untuk belajar mencapai sasaran dan tujuan karena yakin dan sadar akan kebaikan
tantang kepentingan dan manfaatnya dari belajar. Bagi siswa, motivasi itu
sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif
sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta mampu menanggung
resiko dalam studinya. Menurut M.Dalyono (1997:235) motivasi dapat menentukan
baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan
semakin besar kesuksesan belajarnya.
Motivasi sebagai faktor utama dalam belajar yakni berfungsi
menimbulkan, mendasari, dan menggerakkan perbuatan belajar. Menurut hasil
penelitian melalui observasi langsung, bahwa kebanyakan siswa yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gagah, tidak mau menyerah, serta giat
membaca untuk meningkatkan hasil belajar serta memecahkan masalah yang
dihadapinya. Sebaliknya mereka yang memiliki motivasi rendah, tampak acuh tak
acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pembelajaran yang akibatnya
siswa akan mengalami kesulitan belajar. Motivasi menggerakkan individu,
mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna
lagi kehidupan individu. Mempelajari motivasi maka akan ditemukan mengapa
individu berbuat sesuatu karena motivasi individu tidak dapat diamati secara
langsung, sedangkan yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi itu
dalam bentuk tingkah laku yang nampak pada individu setidaknya akan mendekati
kebenaran apa yang menjadi motivasi individu bersangkutan.
Mengingat pentingnya motivasi dalam hal peningkatan hasil belajar
maka banyak teknik yang dipergunakan guru untuk 64 meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar. Di SMPN 13 Semarang, guru selalu ingat betapa pentingnya
memberikan alasan-alasan kepada siswa mengapa siswa-siswa itu harus belajar
dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi sebaik-baiknya. Guru di
SMPN 13 Semarang juga sering menjelaskan kepada siswa-siswa tentang apa yang
diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung. Seorang
guru juga mengusahakan agar siswa-siswanya mengetahui tujuan jangka pendek dan
jangka panjang dari pelajaran yang sedang diikutinya dengan adanya memberikan
pengetahuan secara umum dari penerapan pelajaran tersebut.
Selain itu, di kelas VII SMPN 13 Semarang guru melakukan sesuatu
yang menimbulkan kekaguman kepada siswa untuk merangsang dorongan ingin tahu
misalnya dengan cara memperkenalkan contohcontoh yang khas dalam menerapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Siswa juga berusaha untuk mempergunakan
pengetahuan atau ketrampilan atau pengalaman yang telah mereka pelajari dari
materi sebelumnya untuk mempelajari materi-materi yang baru. Di kelas VII SMPN
13 Semarang juga berusaha untuk memasukkan unsur permainan dalam proses belajar
untuk menarik minat dan memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
Di SMPN 13 Semarang juga tersedia fasilitas-fasilitas yang
memadai, misalnya tentang fasilitas komputer, madia-media pembelajaran,
peralatan laboratorium dan juga fasilitas perpustakaan 65 yang memadai. Dari
fasilitas- fasilitas tersebutlah siswa kelas VII SMPN 13 Semarang termotivasi
untuk belajar lebih giat untuk selalu meningkatkan hasil belajarnya. Namun
fasilitas-fasilitas tersebut jumlahnya terbatas.
Dari adanya peningkatan hasil belajar dari siswa-siswanyalah yang
merupakan tujuan utama dari proses pembelajaran di SMPN13 Semarang, karena
berhasilnya tujuan pembelajaran merupakan tujuan dari pendidikan di SMPN 13
Semarang.
Dengan demikian,
hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar pada siswa kelas VII SMPN
13 Semarang dalam kategori cukup. Hasil belajar yang dicapai siswa kurang
memuaskan terlihat dari adanya hasil analisis angket yang disebar masih banyak
indikator yang menyatakan hasil belajar cukup dan juga diperkuat dari adanya
daftar nilai-nilai yang masih ada nilai yang masih dibawah angka 7 untuk semua
mata pelajaran. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 5 diperoleh sebesar
29,766 dengan taraf signifikansi 0,000 yang berarti ada pengaruh yang signifikan
motivasi belajar terhadap hasil belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang.
Besarnya motivasi belajar yang mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VII SMPN
13 Semarang ini sebesar 29, 766% sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan
dana, waktu serta kemampuan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada kelas terdiri
dari cita-cita/aspirasi, kemampuan siswa, kondisi jasmani dan rohani siswa,
kondisi lingkungan kelas, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru
dalam membelajarkan siswa, sedangkan hasil belajar siswa meliputi informasi
verbal, keterampilan intelek, strategi kognitif, keterampilan motorik dan
sikap.
Secara
nyata motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar
siswa kelas VII SMP Negeri 13 Semarang, terbukti dengan adanya pengambilan data
dengan cara observasi, dokumentasi, angket yang kemudian diolah dengan cara
silmultan. Hasil belajar yang dicapai siswa kurang memuaskan terlihat dari
adanya hasil analisis angket yang disebar masih banyak indikator yang
menyatakan hasil belajar cukup dan juga diperkuat dari adanya daftar
nilai-nilai yang masih ada nilai yang masih dibawah angka 7 untuk semua mata
pelajaran.
Besarnya
pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13
Semarang sebesar 29,766 sedangkan sisanya sebesar 70,234 dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut tidak diteliti oleh peneliti karena
keterbatasan waktu, kemampuan dan dana, sehingga peneliti memberikan kesempatan
kepada peneliti-peneliti lain untuk menelitinya.
3.2 Saran
Dengan berdasarkan kesimpulan dan
implikasi di atas, diharapkan sekolah menambah jumlah fasilitas, terutama
peralatan laboratorium, siswa hendaknya meningkatkan kesadaran dan usahanya
dalam rangka memperoleh informasi non formal, dan harapkan siswa selalu melatih
dirinya untuk berani tampil dalam mengungkapkan pendapatnya di depan umum.
Berikut ada beberapa saran yang perlu
disampaikan yaitu :
1)
Kepada Para Guru
a.
Kepada para guru hendaknya
dapat memberikan penguatan kepada siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah, sehingga memiliki konsep diri yang positif. Karena pada dasarnya
motivasi berprestasi itu terbentuk salah satunya dari adanya konsep diri. Apabila
konsep diri negatif, maka motivasi berprestasi pun rendah, begitu juga
sebaliknya bila konsep diri positif, maka motivasi berprestasi pun tinggi.
b.
Selain itu guru juga
hendaknya mengarahkan siswa agar siswa sedapat mungkin bersikap yang baik
ketika menjalani aktivitas akademik, baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah.
2)
Kepada Para Siswa
a.
Kepada para siswa hendaknya
selalu berupaya menumbuhkan konsep diri yang positif, sehingga dapat
meningkatkan motivasi berprestasi yang ada di dalam dirinya.
b.
Selain itu siswa hendaknya
meningkatkan kualitas belajarnya, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
dengan memperbaiki cara belajarnya
3)
Kepada Penelitian Berikutnya
a.
Diharapkan untuk mengadakan
penelitian dengan populasi yang lebih diperluas agar hasil penelitian dapat
digeneralisasi.
b.
Diharapkan menambah jumlah
variabel, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar.
c.
Diharapkan dalam pengisian
kuisoner bisa diawasi dengan baik dan benar.
d.
Penentuan sampel sebaiknya
menggunakan Nomogram Harryking
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati. 2007. “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN
13 Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang.
Ratna. 2015. ”Pengaruh Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Tarakan”.
Skripsi. Tarakan: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Borneo.
global sevilla school
BalasHapus8CENT.COM : MEMBELI BELAH DENGAN MUDAH
BalasHapusSebagaimana kita tahu pada zaman kemodenan ini pelbagai teknologi telah memudahkan urusan seharian kita.
Antara teknologi yang sedang hangat pada hari ini adalah perniagaan atas talian, dimana segala urusan jual beli hanya atas talian. Tidak perlu lagi untuk kita bersusah payah membeli barang keperluan kita dengan menaiki kereta menuju ke kedai yang jauh.
Sepertimana kita tahu pada hari ini ramai diantara masyarakat malaysia yang menceburi bidang perniagaan atas talian. Walaubagaimanapun rakyat malaysia mempunyai semangat yang tinggi untuk mencuba berniaga secara atas talian. Hari demi hari kita dikhabarkan oleh pihak media dimana adanya laman web untuk jual beli barang keperluan seharian. Salah satu laman web perniagaan yang terkenal adalah mudah.my, kemudian wujud yang lain seperti lazada dan shoppee.
Setelah kewujudan laman web perniagaan tersebut, muncul satu lagi laman web perniagaan atas talian yang bernama “8 Cent Malaysia Sdn Bhd” dimana ianya menjual pelbagai barang keperluan seharian dan sesuai bagi semua peringkat umur di laman web www.8cent.com . Menariknya tentang laman web 8cent Sdn Bhd ini adalah mudah difahami struktur laman web dan mudah digunakan untuk membeli barang keperluan seharian.
Selain itu laman web perniagaan atas talian 8Cent Malaysia Sdn Bhd juga kerap juga mengadakan jualan murah sebanyak 50%, 80% dan tidak ada bayaran cukai barang. Berbanding dengan laman web perniagaan lain hanya mengadakan promosi atau jualan murah pada hari tertentu dan menetapkan beberapa peratus cukai barang. Seterusnya laman web perniagaan 8 Cent Sdn Bhd juga dapat menjimatkan kos perbelanjaan.
Akhir sekali, kita sebagai pelanggan haruslah mengutamakan aspek berjimat cermat dalam perbelanjaan. Tidak semua kedai harga sama atau mahal, jika kita bijak membuat pilihan sudah tentu ianya memberikan kepuasan dan keuntungan pada diri kita.
Untuk keterangan lanjut,
layari ----> https://www.8cent.com