Makalah Perkembangan Psikologi Pendidikan (Perkembangan Remaja dan Permasalahannya)



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik (menyeluruh atau kompleks) yaitu: terdiri dari berbagai aspek, baik fisik ataupun psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: never ending process (perkembangan tidak akan pernah berhenti), semua aspek perkembangan saling mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek sosial). Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu (karena perkembangan individu dapat terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan).
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yaitu: tahap dikembangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja, tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan umur yang dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi, masa anak sekolah, masa remaja dan masa adolesen yang lebih lanjut akan disebut dengan periode perkembangan.
Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial-emosional. Sedangkan menurut Rumini dan Sundari (2004) remaja adalah peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa perkembangan remaja merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Monks, 2003).
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang berbagai tuntutan psikologi ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang tidak sejalan dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Dengan demikian diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya (Stice dan Whitenton, 2002).

B.   Rumusan Masalah

      1.      Apa pengertian masa remaja?
      2.      Apa ciri-ciri masa remaja?
      3.      Apa saja tahap-tahap perkembangan remaja?
      4.      Apa saja aspek-aspek perkembangan remaja?
      5.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja?
      6.      Apa tugas-tugas perkembangan pada masa remaja?
      7.      Apa permasalahan perkembangan remaja?
      8.      Bagaimana cara mengatasi masalah perkembangan remaja?
C.   Tujuan
      1.      Untuk mengetahui pengertian masa remaja.
      2.      Untuk mengetahui ciri-ciri masa remaja.
      3.      Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan remaja.
      4.      Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan remaja.
      5.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
      6.      Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan pada masa remaja.
      7.      Untuk mengetahui permasalahan perkembangan remaja.
      8.      Untuk mengetahui cara mengatasi masalah perkembangan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescere” (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah remaja, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang sangat luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik pandangan ini di ungkapkan oleh Tiaget. Berikut pengertian remaja menurut para ahli:
   1.      Menurut Stanley Hall (Bapak Psikologi Remaja)
Masa remaja adalah masa kelahiran baru yang ditandai dengan gejala yang menonjol, yaitu: perubahan pada seluruh kepribadian dengan cepat, perubahan pada segi biologis, mulai berfungsinya kelenjar kelamin dan sikap sosial yang eksplosif dan bergelora.
   2.      Menurut  Rumini dan Sundari (2004)
Remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
   3.      Menurut Santrock (2003)
Masa remaja  diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
   4.      Menurut Pardede (2002)
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu.
   5.      Menurut Darajat Zakiyah
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja (Darajat Zakiah, remaja harapan dan tantangan: 8).
   6.      Menurut Hurlock (1999)
Dalam bukunya, Hurlock menuliskan bahwa istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
   7.      Menurut Jersild (dalam Hidayat, 1977)
Dalam bukunya “The Psychology of Adolescence” menyatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana pribadi manusia berubah dari kanak-kanak menuju ke arah pribadi orang dewasa.
   8.      Menurut Stone (dalam Hidayat, 1977)
Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya badai dan tekanan, yang dimulai adanya perubahan-perubahan biologis.
   9.      Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999)
Masa remaja sebagai usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Dengan demikian, masa remaja adalah masa dimana anak tumbuh menjadi dewasa, dari anak-anak menuju ke arah pribadi orang dewasa. Masa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan biologis sehingga membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
B.   Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
1.    Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2.    Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak menuju dewasa.
3.    Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat universal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan nilai.
4.    Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
5.    Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya.
6.    Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi.
7.    Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, karena arena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
8.    Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masa remaja mempunyai ciri-ciri yaitu masa periode yang sangat, penting, periode peralihan, periode perubahan, masa usia bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, tidak realistik, dan ambang masa dewasa.
C.   Tahap-tahap Perkembangan Remaja
Tahap-tahap perkembangan remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1.    Periode Masa Puber usia 12-18 tahun.
a.    Masa Pra Pubertas (12-13 tahun): peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Ciri-cirinya:
1)    Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi.
2)    Anak mulai bersikap kritis.
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
b.    Masa Pubertas (14-16 tahun): masa remaja awal.
Ciri-cirinya:
1)    Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya.
2)    Memperhatikan penampilan.
3)    Sikapnya tidak menentu atau plin-plan.
4)    Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini.
Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri atau gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini. Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sulit diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut, kadang suka melamun, pada lain waktu begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
c.    Masa Akhir Pubertas (17-18 tahun): peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen.
Ciri-cirinya:
1)    Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
2)    Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
2.    Periode Remaja Adolesen (19-21 tahun): masa akhir remaja.
Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a.    Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis.
b.    Mulai menyadari akan realitas.
c.    Sikapnya mulai jelas tentang hidup.
d.    Mulai nampak bakat dan minatnya.
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
D.   Aspek-aspek Perkembangan Remaja
1.    Perkembangan Fisik
Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
Perkembangan fisik remaja, dipicu oleh kelenjar Hipofisa menghasilkan hormon pertumbuhan, dan hormon kelamin sehingga fisiologis/fisik remaja mengalami proses kematangan. Tanda-tanda kematangan fisik remaja secara universal, antara lain :
a)    Tanda-tanda perkembangan fisik primer: berkenaan dengan alat reproduksi seksual remaja mencapai sexual maturity (kematangan seksual).
               1       Secara kodrati adalah pada wanita mulainya produksi hormon kewanitaan (estrogen dan progesterone) ditambah produksi sel telur/ovum oleh “Ovarium”, bila produksi sel telur pada tiap bulannya tidak terbuahi oleh sel sperma maka sel telur itu akan keluar bersama-sama dengan rontokan selaput lendir rahim dan sejumlah darah melalui vagina (inilah yang disebut darah haid). Pada pria mulainya produksi sel sperma (benih-benih pria) oleh “Testis”, apabila jumlah produksi sel sperma banyak secara alami keluar karena rangsangan atau keluar sendiri biasanya saat pria tidur (disebut mimpi basah bagi pria).
               2       Ditambah dengan kesempurnaan organ genital wanita: vagina, rahim, dan saluran telur, sedangkan untuk pria: penis, testis, dan skrotum.
b)    Tanda-tanda perkembangan fisik sekunder: berkenaan perkembangan fisiologis diluar tubuh.
               1       Untuk laki-laki: semakin kuat susunan urat daging, bahu lebar, tumbuh rambut pada sekitar kelamin, dada, jambang, kepala, dan ketiak.
               2       Untuk wanita: jaringan pengikat dibawah kulit (lemak) menyebabkan besarnya paha, selanjutnya tanda yang lain adalah panggul lebar, besarnya payudara, tumbuh rambut sekitar kelamin, ketiak dan kepala.
Pengaruh percepatan pertumbuhan membawa implikasi pada psikososial remaja, yakni: remaja akan mengalami konflik batin atas tuntutan masyarakat terhadapnya untuk melakukan pekerjaan dewasa, yang menurut mereka remaja sudah cukup mampu melakukannya, padahal dalam kenyataannya remaja merasa tidak atau belum mampu.
Remaja akan mengalami kegusaran batin yang mendalam bilamana remaja melihat ketidaknormalan atau penyimpangan bentuk badan, karena remaja sadar bahwa penampilannya adalah daya rangsang sosial yang utama. Cacat badan sangat merisaukan terutama pada masa remaja, karena penampilan fisik dianggap sangat penting. Cacat badan akan menghambat perkembangan kepribadian yang sehat.
2.    Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi dan memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
3.    Perkembangan Kepribadian
Menurut Papalia & Olds (2001) yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Kepribadian remaja telah mencapai integritas yang cukup antara sifat bawaan, sikap, dan pola-pola kebiasaan. Sifat-sifat kepribadian remaja mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai (baik/kurang baik atau sopan/kurang sopan).
Berkembangnya jati diri “identity” remaja sangat penting untuk menumbuhkan pribadi yang sehat. Misalnya, saat berbuat sesuatu remaja sadar dan mempertimbangkan keuntungan atau kerugian buat dirinya dan orang lain, yang menyangkut jati dirinya sendiri.
4.    Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
5.    Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam hal perilaku sosial, remaja mengalami perubahan yang jauh berbeda dengan masa sebelumnya (masa anak) diantaranya:
a.    Saat masa anak-anak segalanya diintervensi orang tua, sementara remaja merasa mampu berdiri sendiri atau mengatasi masalahnya dan tidak mau diintervensi oleh orang tua atau orang dewasa, bahkan remaja tidak mau harga dirinya diremehkan (mencari pengakuan jati diri) dari orang tuanya, orang dewasa, dan teman sebayanya (dalam istilah para ahli: emansipasi).
b.    Saat usia anak-anak sangat dekat “intim” dengan interaksi sosialnya dengan orang tua, sementara masa remaja memilih lepas dari orang tua dan lebih intim dengan teman sebayanya (peer-group atau Clique atau kelompok kecil) perilaku sosial remaja ini disebut monding. Monding pada remaja adalah pelepasan dari orang tua menuju kelompok sebaya (mencari sahabat).
c.    Remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti “free style” (gaya hidup) kelompok sebayanya, bahkan nilai-nilai kelompok menjadi keterikatan sosialnya “istilah para ahli: conformity/konformitas”.
d.    Remaja diwaktu luang sering menggunakannya untuk “to kill the time” bersenang-senang bersama kelompok sebayanya.
Remaja mudah sekali hanyut dalam rangsangan sosial yang negatif karena tidak selektif memilih teman atau kelompok sebayanya. Bila teman atau kelompok sebayanya memiliki life-style yang buruk bahkan melanggar hukum dan ajaran agama (seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi zat adiktif, dan seks bebas) akan menyeretnya ke dalam jurang yang gelap, sehingga kesuksesan dan kebahagiaan “Dream” (harapan/cita-cita) pada masa mendatang tidak dapat digapainya.
6.    Perkembangan Moral
Moralitas remaja “lebih matang” jika dibandingkan dengan usia anak, karena hasil pengalaman yang didapat dan dari interaksi sosial remaja dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Muncul dorongan-dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.
Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
E.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
1.    Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan, atau perangsangan dari lingkungan, menjadi aktual, muncul, atau berfungsi (Lester, 2004).
Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan tertekan dan beban yang tidak sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai hal yang lain, seperti berikut ini:
a.    Tuntutan dari pihak orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan dasar yang dimiliki anak.
b.    Tuntutan terhadap anak agar ia bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang diharapkan orang tua.
c.    Tekanan dari orang tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengembangan bakat dan minat.
d.    Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua. Kekecewaan yang berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu dipertahankan karena orang tua tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan masalah sekolah, masalah belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi sumber timbulnya berbagai tekanan dan frustrasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi perilaku nakal atau penyalahgunaan obat terlarang (Libert, 2003).
2.    Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Lingkungan keluarga berperan besar karena keluarga yang langsung atau tidak langsung terus-menerus berhubungan dengan anak, memberikan perangsangan (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak (Prawirosudirjo, 2003).
a.    Fungsi keluarga
Menurut Samsyu Yusuf (2004: 42), seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal dan eksternal, maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya, tetapi ada keluarga yang mengalami keretakan.
Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang sudah dijelaskan. Di samping itu, keluarga yang fungsional ditandai oleh karakteristik, yaitu:
1)    Saling memperhatikan dan mencintai.
2)    Bersikap terbuka dan jujur.
3)    Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya, dan menghargai pendapatnya.
4)    Ada “sharing” masalah atau pendapat di antara anggota keluarga.
5)    Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya.
6)    Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi.
7)    Orang tua melindungi anak.
b.    Pola Hubungan Orang tua dengan Anak
Menurut Samsyu Yusuf (2004: 50), meneliti hubungan antara karakteristik emosional dan pola perlakuan keluarga dengan elemen-elemen struktur kepribadian remaja, yaitu:
1)    Remaja memiliki “ego strength” (kematangan emosional dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan harapan-harapan masyarakat).
2)    Remaja memiliki “superego” (berperilaku efektif yang dibimbing oleh kata hatinya).
3)    Remaja yang “friendliness” dan “spontanetty” berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis.
4)    Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas, berkaitan dengan keluarga yang otoriter.

c.    Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Menurut Pikunas (1976: 72), mengemukakan kaitan antara kelas sosial dengan cara orang tua dalam mengatur anak, yaitu:
1)    Kelas Bawah (lower class): cenderung lebih keras dan lebih sering menggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah.
2)    Kelas Menengah (middle class): cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orang tua.
3)    Kelas Atas (upper class): cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
3.    Lingkungan Sekolah
Menurut Harlock (1986: 322), bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak baik dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berpikir. Beberapa alasannya adalah:
a.    Para siswa harus hadir di sekolah.
b.    Sekolah memberikan pengaruh pada anak usia dini, seiring perkembangannya.
c.    Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
d.    Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih kesuksesan.
e.    Sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik.
4.    Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada (Ellis, 2001).
Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya menjadi perhatian, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun remaja (Santrock, 2002).
5.    Kelompok Teman Sebaya
Aspek kepribadiaan remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya, adalah:
a.    Social Cognition: kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuan ini berpengaruh kuat terhadap minatnya untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya (Sigelman dan Shaffer, 1995: 372, 376).
b.    Konformitas: motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya. Konformitas kepada norma kelompok terjadi, apabila:
1)    Norma tersebut secara jelas dinyatakan.
2)    Individu berada di bawah pengawasan kelompok.
3)    Kelompok memiliki fungsi yang kuat.
4)    Kelompok memiliki sifat kohesif yang tinggi.
5)    Kecil sekali dukungan terhadap penyimpangan dari norma.
F.    Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut Hurlock (dalam Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu:
      1.      Mampu menerima keadaan fisiknya.
      2.      Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
      3.      Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
      4.      Mencapai kemandirian emosional.
      5.      Mencapai kemandirian ekonomi.
      6.      Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
      7.      Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
      8.      Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
      9.      Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
    10.     Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
Sedangkan menurut Syamsu Yusuf (2004: 72), tugas perkembangan remaja, yaitu:
1.    Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2.    Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figure yang mempunyai otoritas.
3.    Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual atau kelompok.
4.    Menemukan manusia model yang disajikan identitasnya.
5.    Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
6.    Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
Dalam pembahasan tugas perkembangan remaja, Pikunas (1976), mengklasifikasikan ke dalam sembilan kategori, yaitu:
1)    Kematangan emosional.
2)    Pemantapan minat-minat heteroseksual.
3)    Kematangan sosial.
4)    Emansipasi dari kontrol keluarga.
5)    Kematangan intelektual.
6)    Memilih pekerjaan.
7)    Menggunakan waktu senggang secara tepat.
8)    Memiliki filsafat hidup.
9)    Identifikasi diri.
G.   Permasalahan Perkembangan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Memahami permasalahan remaja berarti mengetahui latar belakang permasalahan tersebut secara mendalam, yakni dengan permasalahan yang dihadapinya. Adapun beberapa permasalahan utama yang terjadi pada remaja yaitu:
1.    Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri.
Levine dan Smolak menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan akan diri sendiri sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, dan rendahnya harga diri. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereksplorasi.
2.    Permasalahan Alkohol dan Obat-obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998–2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% di antaranya berusia antara 15-19 tahun (remaja).
 Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa.
Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
a.    Sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
b.    Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
c.    Cinta dan hubungan heteroseksual.
d.    Permasalahan seksual.
e.    Hubungan remaja dengan kedua orang tua.
f.     Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
g.    Permasalahan moral, nilai, dan agama.
Lain halnya dengan pendapat Smith dan Anderson, kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba.
Di antara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah: pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
3.    Permasalahan Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya.
Penyebab Remaja Merokok:
a.    Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak remaja yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah seorang remaja untuk menjadi perokok dibanding anak-anak remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer dan Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999: 294).
b.    Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya juga perokok dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman tersebut yang dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Di antara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al bachri, 1991).
c.    Faktor kepribadian
Orang mencoba ingin merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
d.    Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejahatan atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti, Buletin RSKO, 1991).
4.    Permasalahan Perkelahian Sendiri Maupun Kelompok (Tawuran)
Permasalahan yang satu ini sedang marak akhir-akhir ini yang menimpa para remaja sekolah. Hal ini dapat saja disebabkan oleh kondisi lingkungan pergaulan yang tidak baik, keadaan keluarga yang tidak harmonis serta keadaan emosi yang tidak stabil sehingga menyebabkan para remaja tidak berpikir panjang akan akibat yang akan ditimbulkan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain dari sikapnya.
5.     Permasalahan Pencurian, Penodongan dan Perampokan
Masalah pencurian, penodongan, bahkan pembunuhan sedang marak terjadi dikalangan remaja hal ini disebabkan banyak faktor. Hal ini dapat terjadi pada remaja bahkan yang masih duduk dibangku SMP disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua serta lingkungan sekitar akan pergaulan remaja tersebut.
Kita seolah tidak pernah mau tahu akan kehidupan remaja saat ini yang semakin jauh dari nilai norma serta terkesan tidak adanya moral dalam diri remaja tersebut sehingga baik orang tua maupun lingkungan harus lebih berperan aktif dalam menanamkan nilai agama serta memperhatikan pergaulan remaja tersebut.
6.    Permasalahan Kebut-kebutan (Geng Motor)
Masalah yang banyak meresahkan banyak orang ini sangat marak akhir-akhir ini, remaja yang seharusnya menjadi penerus bagi bangsa malah menjadi seseorang yang meresahkan banyak orang. Permasalahan ini banyak merugikan orang sehingga peran masyarakat serta orang tua sangat diperlukan agar masalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin agar tidak merugikan pihak manapun.
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
7.    Permasalahan Penyimpangan Seks
Telah diketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak kurang pergaulan (kuper). Namun tidak semua teman sejalan dengan yang diinginkan. Mungkin mereka suka huru-hara, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersifat terpuji.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dengan berbagai hal, tidak terkecuali dalam hal seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ produksi mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ produksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja di luar pernikahan. Apalagi apabila kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Hal tersebut terjadi karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
H.   Cara Mengatasi Masalah Perkembangan Remaja
Adanya tanda-tanda kesalahan penyesuaian diri remaja tentu saja menuntut penanganan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini merupakan masa penting yang menentukan individu pada masa berikutnya. Penanganan atas permasalahan remaja sangat bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang permasalahannya, dan juga upaya-upaya ini idealnya merupakan hasil kerjasama orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain:
1.    Peran Orang Tua
Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan remaja, antara lain:
         1.      Menanamkan pola asuh yang baik pada remaja sejak prenatal, balita dan kanak-kanak.
         2.      Membekali remaja dengan dasar moral dan agama.
         3.      Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.
         4.      Menjadi tokoh panutan bagi remaja baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat.
         5.      Menerapkan disiplin yang konsisten pada remaja.
         6.      Hindarkan remaja dari narkoba/NAPZA.
         7.      Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh perhatian, pengertian dan kasih sayang.
         8.      Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
         9.      Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja.
        10.     Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga idealnya orang tua mengetahui kapasitas anak dan mendiskusikan target apa yang ingin dicapai.
        11.     Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision making.
        12.     Mendukung ide-ide remaja yang positif.
        13.     Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara proporsional, tidak terlalu ketat atapun terlalu longgar.
2.    Peran Guru
        1.      Bersahabat dengan siswa.
        2.      Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.
        3.      Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler.
        4.      Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga.
        5.      Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas.
        6.      Meningkatkan kerjasama dengan orang tua, sesama guru dan sekolah lain.
        7.      Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat.
        8.      Mewaspadai adanya provokator.
        9.      Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah.
      10.     Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan sosial.
      11.     Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan narkoba/NAPZA.
3.    Peran Pemerintah dan Masyarakat
1.    Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti.
2.    Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain.
3.    Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas.
4.    Memberikan keteladanan.
5.    Menanggulangi narkoba/NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas.
6.    Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan.
4.    Peran Media
1.    Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia).
2.    Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif).
3.    Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja.

Cara Mengatasi Permasalahan Perkembangan Remaja
1)    Permasalahan Fisik dan Kesehatan
Cara mengatasinya antara lain:
Peran orang tua:
-       Menerapkan pola hidup sehat
-       Memiliki gaya hidup cermat
-       Membekali anak dengan nilai agama dan  keimanan yang kuat
Peran Guru:
-       Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan sosial.
Peran Pemerintah dan Masyarakat:
-       Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain untuk melatih perkembangan dan kesehatan fisik anak.
-       Mengadakan kegiatan kesehatan seperti, jalan santai, senam, dan bersepeda di lingkungan sekitar.
Peran Media:
-       Sajikan tayangan atau berita tentang olahraga, seperti hari bersepeda, jalan sehat, dan lain sebagainya, agar remaja terpicu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut di lingkungan mereka.

2)    Permasalahan Alkohol dan Obat-obatan Terlarang 
Peran orang tua:
-       Menjalin komunikasi yang baik dengan anak
-       Menjadi pendengar yang baik
-       Sediakan waktu untuk mendiskusikan hal-hal yang sensitif
-       Berikan dorongan. Perbanyaklah dorongan pada hal-hal yang telah dilakukan anak dengan benar, dan jang fokus pada hal-hal buruk atau salah yang telah dilakukannya.
-       Sampaikan pesan dengan jelas, saat berbicara tentang penggunaan alkohol dan penyalahgnaan obat-obatan, yakinkan diri Anda memberikan informasi yang jelas dan langsung.
-       Berikan contoh yang baik. Disamping dari yang bersifat pengajaran, anak-anak belajar juga dari contoh-contoh nyata. Banyak hal tingkah laku anak yang dicontoh dari orangtuanya.
Peran Guru:
-       Pemberian materi penyalahgunaan narkoba pada seriap penataran/pelatihan guru
-       Melakukan kegiatan ekstarkulikuler untuk menghindarikan siswa dari perilaku menyimpang.
-       Peningkatan penanggulangan narkoba di kalangan remaja dengan cara mencegah melalui aktivitas dan kreatifitas anak.
Peran pemerintah dan Masyarakat:
-       Menanggulangi narkoba/NAPZA, dengan menetapka peraturan dan hukumnya secara tegas.
-       Menyediakan saran dan prasarana untuk menampung agresifitas dan krativitas anak.
Peran Media:
-       Menyajikan iklan tentang bahaya dan akibat dari alkohol dan penggunaan narkoba atau obat-obatan terlarang.
-        
3)    Permasalahan Merokok
Peran Orang Tua:
-       Memberikan contoh yang baik dengan tidak merokok di depan anaknya.
-       Lebih memperhatikan anak, dan menciptakan lingkungan rumah yang harmonis.
-       Memantau anak untuk berteman dengan anak-anak yang bukan perokok.
Peran Guru:
-       Menetapakan sekolah sebagai kawasan tanpa asap rokok.
Peran Pemerintah dan Masyarakat:
-       Menegakkan hukum, sangsi, dan disiplin yang tegas di lingkungan masyarakat.
Peran Media:
-       Menyajikan iklan tentang bahaya dan akibat dari merokok.

4)    Permasalahan Perkelahian Sendiri maupun Kelompok (Tawuran)
Peran Orang Tua:
-       Berhubungan baik dan harmonis dengan anak
-       Lebih memperhatikan anak untuk memilih teman yang baik.
-       Menerapkan disiplin yang konsisten pada remaja.
-       Mengawasi kegaiatan-kegiatan dan lingkungan sosial secara proposiaonal, tidak ketat ataupun longgar.
Peran Guru:
-       Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman.
-       Melakukan pengawasan  terhapad anak didik dalam kegiatan anak di sekolah.
-       Memahami permasalahan remaja dan bersifat terbuka.
-       Mewaspadai adanya provokator
-       Meningkatkan deteksi dini terhadap perilaku kekerasan pada diri remaja.
Peran Pemerintah dan Masyarakat:
-       Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan atau pusat hiburan sehingga meminimalisirkan kemungkinan terjadinya tawuran remaja.
-       Masyarakat dan pemerintah diharapkan dapat menjadi teladan bagi remaja.
-       Menyediakan sarana dan prasarana remaja untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, sehingga terhindar dari kegiatan yang memicu tawuran.
Peran Media:
-       Menyajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai dengan usia).
5)    Permasalahan Pencurian, Penodongan, dan Perampokan
Peran Orang Tua:
-       Perlunya kasih sayang dan perhatian orang tua dalam hal apapun.
-       Adanya pengawasan dari orangtua yang tidak mengekang. Dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orang tua erlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
-       Jangan biarkan anak bergaul dengan teman yang putus sekolah, atau dengan teman yang tidak sebaya dengan si anak.
-       Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini.
Peran Guru:
-       Perlunya bimbingan di sekolah, karena sekolah merupakan temapat anak banyak menghabiskan waktu selain di rumah.
-       Kita perlu mendukung minat, bakat, dan hobi anak selama itu masih positif. Karena jika melarangnya, akan mempengaruhi kepribadian dan kepercayaan dirinya
Peran Pemerintah dan Masyarakat:
-       Menegakkan hukum, sangsi, dan disiplin yang tegas.
Peran Media:
-       Menyediakan berita tentang bahaya, akibat, dan hukuman atas tindak kriminalitas, pencurian, penodongan, perampukan, dan lain sebagainya di mata hukum Indonesia.

6)    Permasalahan Kebut-kebutan (Geng Motor)
Peran Orang Tua:
-       Perlunya kasih sayang dan perhatian orang tua dalam hal apapun.
-       Adanya pengawasan dari orangtua yang tidak mengekang. Dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orang tua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
-       Jangan biarkan anak bergaul dengan teman yang putus sekolah, atau dengan teman yang tidak sebaya dengan si anak.
-       Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini.
Peran Guru:
-       Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler.
-       Menyediakan kegiatan atau wadah bagi remaja-remaja yang suka dengan otomotif atau segala sesuatu mengenai motor yang bermanfaat dan membawa dampak positif bagi masyarakat dan dirinya sendiri.
Peran Pemerintah dan Masyarakat:
-       Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain.
-       Lingkungan masyarakat hendaknya terbuka dan menerima terhadap kreatifitas remaja, sehingga remaja merasa diterima di lingkungan mereka, karena remaja cenderung ingin menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain.
Peran Media:
-       Menyajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai dengan usia).
-       Tidak menyajikan film yang berbau geng motor dan kebut-kebutan.

7)    Permasalahan Penyimpangan Seks
Peran Orang Tua:
-       Membekali remaja dengan dasar moral dan agama.
-       Menerapkan disiplin yang konseisten terhadap remaja
-       Adanya pengawasan dari orangtua yang tidak mengekang. Dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orang tua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
-       Memberikan perhatian dan kasih sayang pada remaja.

Peran Guru:
-       Memberikan penyuluhan/sosialiasai akibat dan dampak dari penyimpangan seks (seks bebas)
-       Meningkatkan kerjasama dengan orang tua, sesama guru dan sekolah lain.
-       Melakukan pengawasan  terhapad anak didik dalam kegiatan anak di sekolah.
-       Memahami permasalahan remaja dan bersifat terbuka.
Peran Pemerintah dan Masyarakat:
-       Lingkungan masyarakat hendaknya terbuka dan menerima terhadap kreatifitas remaja, sehingga remaja merasa diterima di lingkungan mereka, karena remaja cenderung ingin menjadi seseorang yang berarti bagi orang lain.
-       Memberikan keteladan dan contoh bagi remaja-remaja.
Peran Media
-       Menyediakan berita tentang bahaya dan akibat yang diperoleh remaja atas tindakan penyimpangan seks bebas bagi orang lain dan dirinya sendiri.
-       Tidak menyajikan berita melalui media cetak, media elektronik, maupun media online yang berbau pornografi dan pornoaksi.











BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial-emosional dan merupakan peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari identitas diri, mengalami berbagai masalah baru, dan menimbulkan ketakutan.
Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya. Diharapkan para orang tua dan guru lebih berperan dalam perkembangan remaja, lebih memperhatikan perilaku remaja, serta tidak memberi penekanan terhadap remaja.

B.   Saran
Masa perkembangan remaja merupakan masa seseorang dalam keadaan yang tidak stabil, karena sedang mencari identitas diri.
Oleh karena itu, orang tua sebagai penuntun bagi remaja harus melakukan hal-hal seperti ini:
1.    Membimbing remaja saat mengalami perubahan perkembangan yang dialami.
2.    Lebih pengertian dengan keadaan remaja karena emosi remaja tidak stabil.
3.    Jangan memberikan efek orang tua yang tidak mengerti keadaan remaja, karena itu akan memberikan efek negatif kepada remaja itu.
4.    Lebih terbuka saat mereka menceritakan sesuatu.




















DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
        Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siti, Hartinah. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Syamsu, Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: 
       Remaja Rosdakarya.
Darniyati, Saputri. 2012. Perkembangan Remaja dan Permasalahannya.
       remaja-dan-permasalahannya.html, tanggal 01-11-2015, pukul 21.00.
Liem, Adhim. 2013. Psikologi pada Masa Remaja. Diakses dari http://adhim
       remaja_158.html, tanggal 30-10-2015, pukul 11.09.
Ranirifki. 2014. Remaja dan Permasalahannya. Diakses dari
       permasalahannya_1505.html, tanggal 30-10-2015, pukul 10.57.

Susukan, Alvita. 2011. Perkembangan Remaja dan Permasalahannya. Diakses

       dari https://alvitasusukan.wordpress.com/2011/10/27/perkembangan-

       remaja-dan-permasalahannya/, tanggal 30-10-2015, pukul 10.54.

 

 

 

 


Lampiran

Pertanyaan-pertanyaan:
1)    Indra Gormaks Pauba
Menurut kalian, apakah perilaku menyimpang pada masa remaja merupakan hal yang normal atau tidak?
Jawaban:
Menurut kami, perilaku menyimpang pada masa remaja merupakan hal yang normal dan wajar, karena pada masa itu remaja mengalami perkembangan emosi yang sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Selain itu, pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Ditambah perkembangan sosial anak yang lebih suka bergaul dengan anak-anak yang memberi pengaruh negatif, akan semakin membuat anak melakukan perilaku-perilaku menyimpang.

2)    Lusiana Simon
Berikan contoh peran media untuk mengatasi masalah perkembangan remaja jika permasalahan-permasalahan sudah terjadi pada anak remaja!
Jawaban:
            Contoh peran media yaitu membuat iklan tentang akibat yang didapat atas permasalahn-permasalah remaja, seperti pencengahan untuk merokok, mengonsumsi NAPZA, dan melakukan pernikahan dini.

3)    Erra
Apa hubungan antara perkembangan sosial dan perkembangan moral pada masa remaja?
Jawaban:
            Dalam perkembangan sosial, remaja melakukan interaksi sosial dan mengalami banyak perubahan dengan orang lain. Remaja mengalami kecenderungan untuk mengikuti “free style” (gaya hidup) kelompok sebayanya. Sedangkan moralitas/perkembangan moral  remaja didapat karena hasil pengalaman dari interaksi sosial remaja dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Remaja mudah sekali terhanyut dalam rangsangan sosial yang negatif karena tidak selektif memilih teman sebaya,. Maka ini akan berpengaruh dari pembentukan sikap dan moral anak yang akan mengakibatkan anak memiliki nilai-nilai moral atau konsep moralitas yang buruk.

4)    Halla
Jika ada seorang anak, apabila di rumah, ia terlihat baik oleh orang tuanya, sedangkan saat di sekolah tidak baik, lalu orang tua anak tersebut berusaha untuk membela anaknya kepada guru. Bagaimana menurut kalian?
Jawaban:
            Menurut kami, pada saat di rumah kemungkinan orang tua melihat perilaku anak hanya sesaat, mereka tidak memantau anak secara intens. Kebanyakan orang tua terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, sehingga anak tidak diperhatikan. Apabila di sekolah anak berperilaku tidak baik, maka sebaiknya guru segera menghubungi orang tua dengan surat panggilan dan memeberikan bukti kepada oran gtua tersebut atas apa yang dilakukan oleh anaknya, sehingga orang tua tidak dapat mengelak atau membela anaknya lagi.






Komentar

  1. sangat bermanfaat
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fnovrihadinata.wordpress.com

    BalasHapus
  2. Sangat bermanfaat untuk saya, terimakasih sudah membuat artikel yang sangat keren.

    My blog

    BalasHapus
  3. sangat baik
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fkurniawan.wordpress.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa

Self-Directed Learning (SDL)